Sabtu, 18 Oktober 2008

Percaya Diri.., Diri yang mana?

Banyak orang pandai menyarankan agar kita memiliki kepercayaan diri yang
kuat. Pertanyaannya adalah diri yang manakah yang patut kita percayai?
Apakah panca indera kita? Padahal kejituan panca indera seringkali tak
lebih tumpul dari ujung pena yang patah. Apakah tubuh fisik kita? Padahal
sejalan dengan lajunya usia, kekuatan tubuh memuai seperti lilin terpanasi.
Ataukah pikiran kita? Padahal keunggulan pikiran tak lebih luas dari
setetes air di samudera ilmu. Atau mungkin perasaan kita? Padahal ketajaman
perasaan seringkali tak mampu menjawab persoalan logika. Lalu diri yang
manakah yang patut kita percayai?

Semestinya kita tak memecah-belah diri menjadi berkeping-keping seperti
itu. Diri adalah diri yang menyatukan semua pecahan-pecahan diri yang kita
ciptakan sendiri. Kesatuan itulah yang disebut dengan integritas. Dan hanya
sebuah kekuatan dari dalam diri yang paling dalamlah yang mampu merengkuh
menyatukan anda. Diri itulah yang patut anda percayai, karena ia mampu
menggenggam kekuatan fisik, keunggulan pikiran dan kehalusan budi anda.

Setiap Orang Memiliki Pembela

Seburuk-buruknya orang yang anda benci, masihlah ia memiliki pembela. Entah
seorang atau berapa. Bahkan, sejelek-jeleknya orang yang dihujat, dicaci
maki dan disingkirkan oleh masyarakat banyak, tetaplah ia memiliki
pelindung. Para pembela dan pelindung itu memberikan tempat saat ia
disingkirkan, memberikan pertahanan saat ia dijatuhkan. Mengapa demikian?
Karena seburuk-buruknya seseorang di pandangan banyak mata, tetaplah berhak
untuk dicintai. Dan anda pun berhak mencintai orang lain, meski banyak yang
mengangkat tanda tak setuju.

Pahamilah bahwa saat anda menyatakan kebencian anda pada seseorang,
barangkali ada lebih banyak orang yang pernah merasakan kebaikannya.
Sehingga hujatan dan caci maki yang sebenarnya dilontarkan padanya justru
melukai hati orang lain, yang bahkan anda sendiri pun tak tahu, mungkin di
antara mereka ada sekutu-sekutu anda sendiri. Dan, resiko buruk yang bisa
saja terjadi adalah anda kehilangan sekutu-sekutu anda seiring dengan
permusuhan anda dengan lawan anda.

Bali..Bali..Bali..




Ceritanya abis lebaran kemaren, diriku diajak maen ke rumah Om & Tanteku di Bali. Yah.. itung-itung buat refresing..dan inilah hasilnya..he..he..he..
No Comment, cukup senyum aja yang manis ya...ha..ha..ha..