Minggu, 25 Januari 2009

KEUTAMAAN CINTA KARENA ALLAH

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda :
Bahwasanya Allah berfirman pada hari kiamat, "Manakah orang-orang yang saling mencintai
karena keagungan-KU? Aku akan menaungi mereka dalam naungan-KU pada hari ini, hari yang
tidak ada naungan selain naungan-KU". (HR Muslim)

Penjelasan
Dalam pertemanan, hawa nafsu selalu membujuk manusia untuk mencari selain ridha Allah.
Karena mencari keduniaan memang kecenderungan jiwa manusia. Sedangkan orang yang bisa
mencinai karena Allah, berarti mereka telah berhasil memaksa jiwanya untuk melawan
hawa nafsunya, sehingga kecintaan dan kasih sayang mereka hanya tunduk kepada ridha Allah,
tanpa memikirkan tujuan keduniaan. Ini merupakan perkara yang sangat mulia.

Manusia tidak akan bisa saling mencintai karena Allah sampai mereka juga bisa berteman
di bawah perlindungan Allah secara maknawi ketika di dunia, yaitu menundukkan hati mereka
untuk mentaati Allah, selalu mendahulukan keridhaan-NYA, serta mencari apa yang ada di sisi-NYA
Oleh sebab itu, mereka akan berkumpul pada hari kiamat di bawah naungan Allah yang sebenarnya, yaitu di bawah 'Arsy-NYA.

Dalam hadits yang lain disebutkan, "Keduanya berkumpul dan berpisah hanya karena Allah".
Maksudnya, mereka berkumpul karena Allah sampai mereka dipisahkan oleh kematian, atau
salah satu dari mereka berpisah.

Hadits ini juga mengandung pengertian bahwa persahabatan keduanya dilakukan karena Allah.
Jika salah satu dari mereka berpaling dari tujuan persahabatan yang sebenarnya (mencari
ridha Allah), maka dia akan meninggalkannya. (Ibnu Rajab Al-Hanbali, Fathul Bari : Syarh
Shahih Al-Bukhari).

Lantas siapakah yang dimaksud dengan "orang-orang yang mencintai karena keagungn-KU?".
An-Nawawi menerangkan :
"Mereka adalah orang-orang yang mencintai dengan tujuan agar bisa lebih mentaati Allah,
agar bisa saling mengingatkan untuk melaksanakan perintah-perintah-NYA dan menjauhi
larangan-larangan-NYA (ber-tawashau bil haqq), dan bukan karena tujuan keduniaan
(meraih harta, pangkat, kedudukan, wanita, dsb)".

Al-Qadhi Iyyadh berkata :
"Penyandaran lafal Azh-Zhill (naungan) kepada Allah mengandung arti kepemilikan. Karena
setiap naungan adalah milik Allah dan merupakan ciptaan dari kekuasaan-NYA. Dan yang
dimaksud dengan naungan disini adalah perlindungan di bawah 'Arsy-NYA, sebagaimana dijelaskan dalam hadits lain yang menerangkan hal tersebut".

Sedangkan maksud dari "hari yang tidak ada naungan selain naungan-NYA" adalah hari kiamat,
ketika semua manusia berdiri untuk menghadap Allah, Rabb semesta alam, dan ketika itu
matahari direndahkan di atas kepala mereka, dan panasnya semakin bertambah hingga menyebarkan banjir keringat".

Sumber : DR. 'Aidh Al-Qarni, MA -- 40 Hadits Qudsi & Dzikir