Jumat, 02 Mei 2008

ISENG BERBUAH PERJALANAN MENAKJUBKAN


Iseng..sebuah kata yang tentunya sering kita ucapkan dalam berbagai kegiatan. Begitu juga tentang sepenggal kisah berikut (kisah nyata lo), kisah yang nantinya akan melahirkan banyak petualangan2 hebat, he..

Kisah ini berawal ketika kami duduk di bangku SMU tepatnya kelas 2. Waku itu 2 orang temanku yang pertama bernama Saudi berperawakan kecil pendek berkulit gelap dan berwajah arab dan seorang lagi bernama Yasin Tanaka yang berperawakan sedang dengan mata agak sipitnya (karena sangat mencintai alam) masuk ke dalam organisasi MAPALA. Mereka sangat ingin sekali mendaki gunung. Tetapi apa yang didapat di dalam organisasi mapala tersebut wahai saudara/iku? Tidak pernah sekalipun diadakan pendakian, yang ada hanyalah teori2 yang membosankan (maap ya para mapala2 yang terhormat)..Alhasil, karena merasa kecewa mereka berdua mengajaku melakukan ekspedisi sendiri. Setelah dilakukan rapat mendadak dibentuklah sebuah wadah bagi hobi kita bertiga ini dengan nama JABAL, diambil dari bahasa arab yang bermakna Gunung, karena sesuai dengan background kita sebagai rohis smu dulu,he..

Setelah beberapa hari berlalu, waktu yang dinantipun tiba. Kami bertiga berencana untuk mendaki gunung Merbabu dan Merapi sekaligus! Setelah melakukan persiapan yang cukup, Kami bertiga segera meluncur menuju Boyolali menggunakan bus. Kami berangkat ba’da zhuhur dan tiba di lokasi ba’da ashar. Kami harus berjalan kaki terlebih dahulu untuk menuju base camp yang diperuntukan bagi para pendaki yang ingin menuju puncak merbabu. Kami menyusuri jalan perbukitan yang dikelilingi persayuran (perkebunan yang berisi sayur2an). Hawa segar dan sejuk segera masuk mengisi rongga paru2 kita setiap kali bernafas, sesekali diikuti kicauan burung yang terbang berkejaran diantara hijaunya pepohonan yang menari2 ditiup sejuknya angin pegunungan, yang menambah suasan menjadi tentram dan damai. Kabut tipis turun perlahan mengiringi langkah kami menuju base camp yang berdiri kokoh dibawah kaki gunung merbabu. Hawa dingin segera datang mengoyak tubuh kami. Setelah istirahat dan berbenah secukupnya, kami pun bersiap untuk melakukan ekspedisi perdana kita, ekspedisi yang tertunda, ekspedisi yang nantinya akan membawa kita pada peristiwa2 yg tidak akan pernah kita bayangkan sebelmnya bagi pemula seperti kami ini..
Hujan mulai turun sebelum kami bertiga sempat melangkahkan kaki keluar dari base camp tempat kami beristirahat, waktu itu kira2 menunjukkan pukul 19.30 ba’da Isya’. Setelah menunggu beberapa waktu lamanya, kira2 jam di tembok base camp menunjukkan pukul 21.00 kami melangkahkan kaki dengan semangat membuncah-buncah untuk memulai perjalanan yang sangatlah bersejarah bagi kami, walaupun cuaca masih gerimis. Kami berjalan menyusuri pekatnya malam diatas jalan setapak yang sempit dan licin yg basah oleh air hujan. Suasana malam itu begitu sepi, hanya suara jangkrik yang terdengar bersaut-sautan bercampur dengan suara2 binatang malam lainya. Umumnya dalam setiap pendakian pasti ada beberapa rombongan yang juga melakukan pendakian dengan harapan dapat diajak bersama2 menuju puncak (bukan, ini bukan acara AFI yg dulu tayang di salah satu TV swasta). Tetapi malam ini, nyaris tidak ada satu rombongan pun yang berpapasan dengan kami. Malampun semakin larut…

Hawa dingin semakin menusuk tulang, padahal kami sudah mengenakan pakaian rangkap 3! Di tengah perjalanan hujanpun turun semakin deras, kamipun segera membuat tempat berteduh berbahan jas hujan, tali, dan beberapa kayu ditengah gelapnya hutan. Bukannya hujan mereda, akan tetapi semakin menjadi. Akhirnya kami sepakat untuk membatalkan sisa perjalanan kami yang melelahkan itu. Kamipun segera mengemasi barang2 bawaan kami dan segera turun kebawah karena hujan datang disertai angina yang lumayan kencang (khawatir terjadi badai) padahal kita sudah jauh melangkah. Kamipun turun dengan tergesa, kadang jatuh tersungkur entah itu dikarenakan oleh licinnya jalan atau tersangkut semak. Cukup lama kami berjalan, kami merasakan ada kejanggalan dalam perjalan turun kami. Jalur yang kita lewati tiba2 mengalami kebuntuan!

Dalam sekejap kami sudah berada entah dimana, jalurnyapun sudah hilang. Kami berjalan menembus semak2 belukar yang tumbuh liar di dalam hutan, dengan kata lain kami membuat jalur sendiri dengan cara membabati semak belukar dihadapan kami. Kali ini jalurnya benar2 sulit untuk pemula seperti kami. Kecemasanpun segera melanda kami. Berbagai macam perasaan berkecamuk di dalam hati. Stres!! Ya, itulah kata yang tepat untuk mewakili keadaan kita bertiga saat itu. Setelah menaiki beberapa bukit yang terjal dan licin, kamipun berhenti di dataran yang agak luas. Kamipun segera membabati dengan brutal semak belukar dan ilalang disekitar kami untuk kami jadikan tempat istirahat. Kira2 waktu itu menunjukan pukul 01.00 dini hari, hujan pun sudah berhenti turun. Kamipun segera menggelar jas hujan masing2 untuk dijadikan alas. Setelah menyantap sisa2 bekal kami seperlunya, kamipun beristirahat karena letih yang amat sangat. Suasana malam begitu hening, sunyi, yang terdengar hanyalah suara pepohonan yang saling menderu diterpa dinginnya angin malam pegunungan disertai suara2 binatang malam lainnya. Kami saling memandang wajah letih masing2 dari kami. Ha..ha..ha..ha.. tiba2 kami tertawa (aneh memang, sempat2nya kami tertawa disaat genting seperti itu). Kami menertawakan perjalan ekspedisi perdana kami yang gagal total! Yah..mungkin itu dapat sedikit mengobati berbagai perasaan yang sedang berkecamuk di hati kami masing2. Kamipun mulai terlelap dibuai oleh desiran angin yang membuat badan kami semakin menggigil kedinginan.

Asholatu khoirum minannaum..asholatu khoirum minannaum… kami terbangun bersamaan dengan terdengarnya suara sayup2 adzan shubuh. Setelah mengucek-ngucek kedua mata dan menggerak-gerakan badan ke kanan dan kekiri kami segera bertayamum untuk melaksanakan ibadah shalat subuh, yang untuk pertama kalinya dilakukan ditengah hutan ditemani dinginnya udara pagi. Entah mengapa shalat kami pada saat itu terasa sangat berbeda sekali mungkin dikarenakan suasana yang begitu tenang dan syahdunya. Allahu Akbar…Angin sejuk membelai-belai muka kami. Kamipun shalat dengan khusuknya..Sehabis shalat, kami merapikan perlengkapan2 kami sambil menunggu munculnya matahari karena cuaca masih gelap. Pandangan kami semakin jelas saat keadaan sedikit demi sedkit menjadi terang. Seketika itu juga kami terperanjat sekaligus tercengang dengan pemandangan dihadapan kami. Ada apakah sebenarnya?

Ternyata tepat didepan kami, tidak jauh dari tempat kami beristirahat semalam terhampar jurang yang cukup dalam yang dapat membuat nyali menjadi ciut. Ya Allah! Ternyata tanpa kami sadari, semalaman itu kami berjalan dari bawah jurang tersebut menuju tempat dimana kami sekarang memandangnginya dengan hati miris. Kamipun segera bergegas melanjutkan perjalanan mencari jalan menuju base camp. Sepanjang perjalanan kami tertakjub-takjub melihat pemandangan yang sungguh indah, berbeda dengan perjalanan kami pada malam hari..yang terlihat hanyalah hitam dan gelap. Bayangkan, ditengah hutan seperti ini terdapat suatu tanah lapang yang cukup luas dengan rumput hijaunya yang tumbuh dengan suburnya dikelilingi semak belukar yang tertata rapi dan pepohonan yang menjulang tinggi. Kabut pagi semakin menambah eloknya pemandangan, Subhanallah..

Setelah kami melewati tempat tersebut, terlihat oleh kami sesosok kakek-kakek di kejauhan sana. Siapakah gerangan? Kamipun segera bergegas disertai rasa penasaran yang amat sangat. Semakin lama semakin mendekat, semakin jelas pula sosok kakek2 misterius itu. Dengan masih diliputi rasa penasaran kami memberanikan diri mendekati sosok kakek misterius itu. Setelah cukup dekat, kami terbelalak melihatnya. Ada apa sebenarnya? Ternyata sikakek misterius tersebut sedang mengumpulkan kayu bakar, jadi ternyata kakek tersebut adalah seorang pencari kayu bakar, puff …kami hanya bisa tertawa geli.

Kamipun tak membuang-buang waktu dan segera bertanya kepada kakek pencari kayu bakar itu jalan menuju base camp tempat singgah para pendaki yang kemarin kami singgahi. Dan benar saja, beberapa jam kemudian kami sampai dengan selamat di base camp tersebut. Waktu menunjukkan pukul 09.00 pagi. Perasaan senang bercampur bahagia terpancar dari wajah kami…